Kebaikan itu seperti ENERGI dan BUMERANG

ke-BAIK-an itu seperti energi dan seperti bumerang
yang tidak bisa di musnahkan dan akan kembali 
kepada yang melemparkannya
dalam bentuk dan waktu yang telah diatur olehNya
entah kepada dirinya sendiri, atau kepada anak turunnya 
atau kepada keduanya ....
entah di dunia, atau di akhirat kelak.
atau di keduanya ...

Berbuat BAIK.....
Berperilaku yang BAIK.....
Bertutur kata yang BAIK.....
Jalani hidup dengan cara yang BAIK.....
Bergaul dengan orang-orang yang BAIK.....
insya Allah kita akan diberikan kehidupan yang BAIK.....,
karena apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik dan
apapun yang kita petik, itulah hasil dari apa yang kita tanam

Mulut kita itu harimau kita

Mulut kita itu harimau kita, kata guru sekolahku dulu, jika kita tdk bisa menjaga harimau itu tetap dalam kerangkeng, atau tetap hidup di rimba belantara, maka harimau itu akan memakan kita, kita akan di maka oleh pembicaraan kita.
pena kita itu pedang kita, jika pedang itu di tarik dari sarungnya, dan kita tak bisa memakainya dengan benar, kita akan terluka oleh tulisan kita sendiri, tebasan pedang kita sendiri.
jika pedang kita menebas dan melukai orang lain, itu bukan menunjukkan kita hebat, tapi tandanya kita tidak bisa menggunakan pedang dengan semestinya, seperti kita punya mobil setiap jalan kok nabrak orang, itu berarti kita belum bisa menyopir dengan benar,

siapapun kita, jika tdk bisa memakai anggota tubuh kita dengan benar, setidaknya janganlah melukai orang lain. sebaiknya sebelum melukai orang lain di coba dulu melukai diri sendiri, sebelum menggorok leher orang lain, coba tes dulu menggorok leher sendiri.
jika enak maka berbagi menggorok leher orang lain,

berbudi pekerti baik dan mulia itu tdk harus pintar dan sekolah tinggi, cukup JANGAN LAKUKAN PADA ORANG LAIN, APA YANG KAMU TAK SUKA JIKA ITU MENIMPAMU. karena yg di rasakan orang lain itu sama dengan apa yang kamu rasakan, jika kamu di gorok lehernya sakit, maka bgt juga orang lain, jika mau melkaukan kepada orang lain, lakukan dulu pada diri sendiri. jika kamu mau meludahi orang lain, coba tes dulu orang lain kamu minta meludahimu.

sebelum ngemplang pakai ulekan ke kepala orang lain, coba berikan ulekan ke orang lain, dan minta kemplangkan ke kepalamu

Guru mursyid itu ibarat pengemudi...

Guru mursyid itu ibarat pengemudi......
kita2 sang para penumpang, yang tidak tahu jalan, yang hanya sekedar tahu nama "kota" tujuan
bernama MAKRIFAT , tanpa mengetahui "apa dan bagaimana" kota MAKRIFAT tersebut, 
tentu seharusnya nurut sama sang pengemudi, mau lurus, belok kiri, belok kanan ....
sebab sang pengemudi telah mengetahui jalannya untuk tiba disana
dan sang pengemudi tahu lubang-lubang jalan
baik yang tampak mata maupun yang tersamarkan
karena beliau telah "sampai" ke sana .....
Murid yang merasa bisa sampai kesana tanpa guru
akan tertipu daya oleh jebakan-jebakan yang dibuat oleh NAFSU dan SYETANyang ada di sepanjang perjalanannya baik samar maupun nyata
sehingga dia merasa telah benar jalannya
padahal melenceng sedikit saja arahnya akan jauh tersesat jalannya
ujung-ujungnya akan kecewa .....

Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku

Penanya : Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku.
Syaikh : Ulangi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syaikh : Ulangi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku ...
Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku ...
Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu !!!
Penanya : Wahai syaikh tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong ...
Syaikh : Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu.
Penanya : Iya syaikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya.
-aboo moaadz-
Pelajaran : Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu.
Ingatlah bahwa suatu saat insya Allah , kita semua juga akan mempunyai anak dan menantu

Doa keluarga

Ya Allah .....
Ampunilah pula dosa-dosa kami, 
kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, sanak famili kami, 
dosa-dosa semua ahli kubur yang punya hak atas diri kami
dan kami punya hak atas diri mereka, bangkitkanlah mereka dan kami kelak di hari kiamat,
dalam ridhoMu dan dalam naungan syafaat nabiMu Muhammad SAWdan peliharalah kami semua ya Rabbi dari perbuatan dosa
baik dosa besar maupun dosa kecil baik yang kami sadari ,
maupun yang tidak kami sadari , 
disisa usia yang telah Engkau anugerahkan kepada kami

Jadikanlah kami, kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, sanak famili kami,                                     dan anak turun kami beserta seluruh cabang-cabangnya ila yaumil qiyamah
menjadi hamba yang baik bagiMu
menjadi umat yang baik bagi nabiMu
menjadi murid yang baik bagi para guru mursyid kami
menjadi anak yang baik bagi para orang tua kami
menjadi orang tua yang baik bagi anak cucu kami
serta menjadi pribadi yang baik bagi sesama kami

Anugerahkanlah kepada kami dan semua anak turun kami
- iman yang kuat, 

- tauhid yang sempurna,
- hati yang bersih dari segala penyakit hati yang bisa menghalangi kami menuju ridhoMu
- pikiran yang jernih serta ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat kami
- ahlak yang mulia sebagaimana yang telah ditauladankan oleh  nabiMu Muhammad SAW
- rizki yang halal, mudah, luas dan barokah
- kesehatan dan kekuatan dalam jasmani kami
- keselamatan dari segala kejahatan dan keburukan , lahir dan batin,
baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui
- kehidupan yang baik dengan selalu berbuat kebaikan
dengan hidayah dan inayahMu, sesuai syariatMu yang telah Engkau
turunkan melalui nabiMu Muhammad SAW

Panjangkanlah dan berkahilah usia kami dan semua anak turun kami
dalam ketaatan kepadaMu dan kepada nabiMu 

Anugerahkanlah dan tetapkanlah bagi kami dan anak turun kami
khusnul khotimah, kembali kepadaMu dalam ridhoMu
dan dalam naungan syafaat nabiMu Muhammad SAW
Amin Ya Rabbal Alamin

Beristighfar karena ucapan Al-Hamdulillah

Konon Sirri al-Saqathi, salah seorang kaum Sufi, pernah berkata, ”Sudah tiga puluh tahun aku beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-hamdulillah yang keluar dari mulutku” Tentu saja banyak orang menjadi bingung dengan pernyataannya itu lalu bertanya kepadanya, ”Bagaimana itu bisa terjadi?”
Sirri berkata, ”Saat itu aku memiliki toko di Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap api, padahal tokoku berada di pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana untuk memastikan apakah tokoku juga terbakar ataukah tidak? Seseorang lalu memberitahuku, ”Api tidak sampai menjalar ketokomu” Aku pun mengucapkan, ”Alhamdulillah!” Setelah itu terpikir olehku, ”Apakah hanya engkau saja yang berada di dunia ini? Walaupun tokomu tidak terbakar, bukankah toko-toko orang lain banyak yang terbakar. Ucapanmu : alhamdulilah menunjukkan bahwa engkau bersyukur bahwa api tidak membakar tokomu. Dengan demikian, engkau telah rela toko-toko orang lain terbakar asalkan tokomu tidak terbakar! Lalu aku pun berkata kepada diriku sendiri lagi, ”Tidak adakah barang sedikit perasaan sedih atas musibah yang menimpa banyak orang di hatimu, wahai Sirri?” (Di sini Sirri menyitir hadis Nabi, ”Barangsiapa melewatkan waktu paginya tanpa memerhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari mereka (kaum muslimin)”). Sudah 30 tahun saya beristighfar atas ucapan alhamdulillah itu.
Kisah tentang Sirri al-Saqathi ini merupakan sebuah contoh bentuk cinta diri negatif yang bisa kita katakan sebagai sifat mementingkan diri sendiri. Cinta diri seperti ini menutup pintu bagi segala bentuk perhatian yang sungguh-sungguh pada orang lain. Orang yang mementingkan diri sendiri hanya tertarik pada diri sendiri, dia menghendaki segala-galanya bagi dirinya sendiri, tidak merasakan kegembiraan dalam hal memberi dan hanya senang jika menerima. Dunia luar hanya dipandang dari segi apa yang dapat dia peroleh. Dia tidak berminat untuk memerhatikan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan tidak menghargai kodrat serta integritas mereka. Orang macam ini tidak bisa melihat apa-apa selain dirinya sendiri. Dia menilai setiap orang atau lainnya hanya semata dari sisi manfaat buat dirinya. Pada dasarnya orang macam ini tidak punya kemampuan untuk mencintai.
Cinta diri dalam bentuk ini bukanlah sesuatu yang sesungguhnya maujud. Cinta semacam ini sesungguhnya hanyalah suatu bentuk kegandrungan seseorang pada dirinya sendiri. Karena itu cinta diri seperti ini harus disingkirkan. Sebaliknya cinta diri yang merupakan fithrah yang ada pada diri manusia seperti keinginan untuk memuliakan diri, mensucikan diri dan hal-hal semacam itu tentu saja tidak boleh diabaikan atau pun dibuang. Perbaikan dan penyempurnaan diri (nafs) manusia justru merupakan kemestian dan keharusan bagi manusia untuk mewujudkannya.

Menyisihkan uang belanja setiap bulan untuk panti asuhan

Menyisihkan uang ke panti asuhan yatim piatu walaupun misalnya 5ribu/10ribu/20ribu dst setiap bulan adalah alternatif yang bisa kita ambil untuk turut mengasuh mereka secara tidak langsung, kalau belum mampu mengasuhnya secara langsung.....

Kenapa lebih baik melalui panti asuhan? Karena melalui panti asuhan, ada pendidikan dan pembinaan yang mereka berikan kepada anak-anak yatim piatu yang diasuhnya, bukan sekedar memberikan uang saja kepada para anak yatim piatu yang bisa jadi mereka ( para anak yatim piatu ) manfaatkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan negatif bagi mereka sendiri.
"Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari)

Tiga tingkatan cinta kepada Tuhan

Abu Nashr al-Tusi, dalam kitab Al-Luma` membagi al-mahabbah atau cinta menjadi 3 (tiga) tingkatan
1. Cinta orang kebanyakan ( umum.), yakni mereka yang sudah kenal pada Tuhan dengan zikr, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.
2. Cinta para mutahaqqiqin, yaitu mereka yang sudah kenal pada Tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan lain sebagainya. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dengan Tuhan. Dengan demikian ia dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta yang kedua ini membuat orangnya sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedangkan hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya.
3. Cinta para siddiqin dan ’arifin, yaitu mereka yang kenal betul pada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai .
Definisi cinta dari uraian di atas adalah menurut para ulama’ salaf. Dan cinta yang dimaksud di atas adalah cinta kepada Allah.

PERUMPAMAAN DZIKIR YANG BERSANAD DAN DZIKIR YANG TAK BERSANAD

dzikir itu ku  umpamakan menjalankan amaliyah,  akan ku contohkan, agar mudah di pahami, orang menjalankan amaliyah itu seperti orang menjalankan sanyo/pompa air, sanyo di nyalakan maka harus memenuhi syaratnya agar sanyo itu bisa mengeluarkan air dari pancuran, jika syaratnya kurang, misal tak ada listrik, maka sanyo tak nyala,  atau jika ada listrik tapi sanyo tak ada paralon yang menghubungkan  sanyo ke sumur, maka sanyo di nyalakan selama 1000 tahun juga tak akan keluar airnya, jadi sanyo jika di nyalakan dan ingin keluar airnya, itu harus ada listrik, harus ada paralon yang sabung menyambung, yang tidak bocor, yang menyambung ke dalam sumur, makin dekat sanyo dengan sumur, makin besar air tersedot, jika sanyo jauh dari sumur, maka selain airnya itu keluar sedikit-sedikit, juga  harus di pancing dulu kaau mau menyalakan. lihat paralon sanyo, dia itu jangan sampai berlubang, apalagi putus sambungan di tengah jalan, antara sambungan satu dengan sambungan yang lain itu harus rapat dan erat.


nah sudah paham dengan sanyo? sekarang kita umpamakan, sanyo itu kita yang menjalankan amaliyah, jika di colokkan ke listrik maka kita menjalankan amaliyah, artinya kita menjalankan, sebagaimana sanyo yang di nyalakan. sambungan paralon itu umpama gurukita, guru kita mempunyai guru, gurunya guru kita juga mempunyai guru, begitu seterusnya sambung menyambung, guru ke kakek guru, kakek guru ke kakeknya lagi terus  sambung menyambung sebagaimana paralon yang di sambung dengan lem perekat, di sambung dengan sumpah BAIAT, sumpah kesetiaan,  dunia akherat, karena sambung menyambungnya yang erat itu untuk menjaga air yang akan melewati dalam paralon, agar air itu tetap terjaga kemurniannya, walau paralon sanyo itu di timpuk kotoran manusia maka tak akan mempengaruhi rasa air yang melewati di dalam paralon, air tetap saja murni dan suci, terjaga selalu. sampai ke sanyo , yaitu kita, jadi para guru itu menjaga muru'ah, menjaga makanan, ucapan, bahkan menjaga diri dari dosa kecil maupun besar,  ntuk menjaga agar air  ilmu yang melewatinya tetap suci, dan bening,  paralon itu menyambung terus sampai ke sumur, sumurnya yaitu rosulullah SAW, sumber segala ilmu, ilmu dan fadzilahnya adalah air ,  air yang terjaga, yang suci dan bisa mensucikan, nah ilmu atau manfaat fahilah  air itu bisa di rasakan jika air itu bersih dan bening,  mau air di pakai kuah bakso, boleh, mau di pakai bikin kopi juga enak, mau di pakai mandi juga bersih, mau di pakai apa saja jugaenak, dan bermanfaat.


jadi dzikir atau amaliyah yang di ambil dengan sembarangan itu seperti air yang di ambil sembarangan. ada air kencing, air comberan, air limbah, air kali, air laut dll.jadi jika dzikir itu ku umpamakan air, semua air di dunia itu sama, air kencing, air  sumur, air sungai, air laut, air limbah itu sama, tapi coba bikin kopi dari air kencing, apa enak? coba bikin kuah bakso dari air limbah, apa enak? coba bikin  kolak dari air comberan apa enak?artinya kita kok dzikir sembarangan, asal dapat dzikir lalu di amalkan,  a seperti orang yang minum air kencing , atau air limbah, atau air comberan,  ya kalau gak keracunan lalu mati , kalau langusng mati mendingan terus gak mati-mati, lumpuh, kejet2 seumur hidup apa itu gak menyusahkan banyak orang, ya kalau dzikir sembarangan itu langsung mati, kan lebih enakan seperti itu, dari pada lumpuh atau gila jadi menyusahkan banyak orang. ngamuk2 bawa golok, setiap orang mau di bunuh, karena dirinya di kuasai jin, apa ndak membuat semua orang repot?


orang itu kadang tak berpikir panjang,  soal dzikir di anggap sepele, padahal dzikir itu makanan ruhani, makanan ruh kita, kalau ruhani kita di beri amkan makanan yang tak sehat, apa tak sakit nantinya, maka berhati-hatilah dengan amaliyah sembarangan, sebab kalau jadi hilang akal, gila, di kuasai jin,  apalagi belum nikah,  lelaki gila itu tak ada perempuan waras mau menikah dengannya. artinya gak laku, di jual murah gak laku, sama perempuan gila itu juga tak  ada lelaki waras  mau menikah dengannya.

Perselisihan antara Ulama Haqiqat dan Ulama Syariat


Perselisihan antara Ulama Haqiqat dan Ulama Syariat telah terjadi sejak jaman dulu. Mereka sebenarnya "benar" dalam bidang masing-masing. Sebagaimana terjadi antara Nabi Musa dan Nabi Khaidir. Nabi Musa, bahkan seorang Nabi, beliau tidak memiliki Makrifat. awalnya Musa berpidato di depan kaumnya, lalu dia di tanya kaumnya, siapa yang paling alim, musa menjawab aku, tapi Allah menjelaskan kalau ada manusia yang lebih alim yaitu nabi khaidir, lalu nabi musa meminta ijin untuk bertemu nabi khaidir, dan singkat perjalanan dia bertemu nabi khaidir, di antara pertemuan laut, lalu dia berjalan bersama nabi khaidir, dan oleh nabi khaidir di beri 3 syarat, jikalau musa mempertanyakan 3 hal pada perjalanan, maka musa di anggap gagal bersama nabi khaidir, dan memang jika keduanya menghukumi kejaidan dengan hukum masing-masing, maka tak akan di temui titik temu, keduanya harus saling mengisi dan menyempurnakan, Jadi beliau nabi musa menghukum sesuatu kejadian berdasarkan ilmu Syariat yang ia tahu. Nabi Khaidir pula dikaruniai Allah ilmu Makrifat, jadi ia memutuskan sesuatu berdasarkan ilmunya. Jadi dalam perjalanan bersama Nabi Musa, Nabi Khaidir telah membunuh seorang budak, membangun kembali rumah yang telah hampir musnah dan mengapak kapal yang ia tumpangi. Perbuatan ini sangat bertentangan dengan Syariat Nabi Musa. Karena tidak sabar, Nabi Musa menegur perbuatan Nabi Khidir. Dengan itu mereka terpaksa berpisah sebagaimana kesepakatan yang telah dibuat sebelum perjalanan. Nabi Khaidir melakukannya karena pada pandangan Makrifatnya, budak itu harus dibunuh karena ia bakal menjadi anak yang nakal, sedangkan ibu / ayahnya orang yang solleh. Dibawah bangunan lama ada harta anak yatim yang belum dewasa. Dalam perjalanan dengan kapal, Nabi Khaidir merusak sedikit kapal yang ditumpanginya agar tidak dirampas oleh Raja yang lalim di pelabuhan yang mereka akan singgah. Raja ini akan merampas kapal-kapal yang baik.

Dalam hal ini Nabi Musa benar dengan ilmunya dan Nabi Khaidir betul dengan ilmunya.

Fatimah az-Zuhra dan Gilingan Gandum


Suatu hari Rasulullah Saw masuk menemui anaknya Fatimah az-Zuhra yang sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah Saw bertanya kepadanya, “apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fatimah?”, semoga Allah tidak menyebabkan matamu menangis wahai Fatimah”. Fatimah berkata, “ayahanda penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menangis”. Lalu Rasulullah Saw duduk disisinya dan Fatimah melanjutkan perkataannya, “ayahanda, sudikah kiranya ayahanda meminta ‘Aliy (suamiku) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah”.
Mendengar perkataan anandanya ini, Rasulullah Saw bangun mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya “Bismillahirrahmanirrahiim”. Penggilingan itu berputar sendirinya dngan izin Allah SWT. Rasulullan Saw meletakkan syair ke dalam penggilingann tangan itu dengan tangannya sendiri, sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirnya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya. Rasulullah Saw berkata pada gilingan tersebut, “Berhentilah berputar dengan izin Allah SWT”, maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilinga itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, ya Rasulullah Saw, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Magrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dari kitab Allah SWT suatu yang berbunyi : (artinya) “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan”.
Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah Saw kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, “bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fatimah az-Zuhra di dalam surga”. Maka penggilinga batu itu bergembira mendengar berita itu kemudian ia diam. Rasulullah saw bersabda kepada anandanya, “Jika Allah SWT menghendaki wahai Fatimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikanmu dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya beberapa derajat.
Ya Fatimah, bagi perempuan yang menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah SWT akan menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.
Ya Fatimah terhadap perempuan yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.
Ya Fatimah, untuk perempuan yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka serta mencuci pakaian mereka, Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.
Ya Fatimah, bagi perempuan yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya, Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.
Ya, Fatimah, yang lebih utama dari itu semuanya adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidak akan aku do’akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fatimah bahwa ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?.
Ya Fatimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman surga, dan Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya pahala seribu haji dan seribu umrahserta seribu malaikat beristighfar untuknya hingga hari kiamat. Perempuan yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar, Allah SWT akan mengampuni semua dosa-dosanya dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.
Ya Fatimah, perempuan yang tersenyum di hadapan suaminya, maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.
Ya Fatimah, perempuan yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati, maka para malaikat di langit berseru untuknya, “teruskanlah amalmu, maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang”.
Ya Fatimah, perempuan yang meminyakkan rambut dan janggut suaminya dan memotong kumisnya serta menggunting kukunya, maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai surga dan Allah SWT akan meringankan sakratu lautnya, dan kuburnya akan didapati menjadi sebuah taman dari taman-taman seurga serta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan ia selamat melintas di atas titian Shirath”.
Mendengar kisah di atas, betapa banyaknya kebaikan yang bisa didapati oleh seorang wanita. Allah Maha Adil, Allah Maha Bijaksana, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Semoga dengan membaca kisah tersebut, bisa memotivasi kaum wanita agar lebih giat dan ikhlas dalam mengurus urusan rumah tangga.
Wassalam.......

Kentut dan wudhu

Kentut sama kedudukannya seperti pembatal wudhu yang lain , yaitu BAK , BAB dan bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. Bedanya adalah kentut dan bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya bukanlah sesuatu yang kotor ataupun dianggap kotor, sehingga keduanya untuk bisa mengulang wudhunya tidak diharuskan ada pembersihan terlebih dahulu pada bagian tubuh yang terkait, melainkan bisa langsung mengulang wudhunya. Berbeda dengan BAK dan BAB, yang juga menjadi pembatal wudhu, tetapi karena termasuk kotor dan membawa kotoran, maka diharuskan membersihkan dulu anggota tubuh yang terkait sebelum bisa mengulang wudhunya. Dan diluar sholat pun kita semua baru "cebok" setelah BAK dan BAB, bukan setelah kentut

ANTARA SUAMI, MERTUA DAN ORANG TUA


Kadang seorang isteri kurang memahami mana yang harus didahulukan, suaminya, orang tuanya atau mertuanya ?
SUAMI ADALAH TIKET SURGA BAGI ISTERI

Dia harus didahulukan daripada orang tua isteri. Hal ini terjadi karena PERNIKAHAN, yauitu proses IJAB dan QABUL (serah-terima) antara orang tua atau wali kepada suami. Sehingga hak dan kewajiban orang tua telah BERPINDAH kepada SUAMI.
Rasulullah SAW,

"Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata dia, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Wahai Rasulallah, siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang wanita? Beliau menjawab: "Suami wanita itu."

Aku bertanya lagi: "Siapakah yang paling besar haknya atas seorang laki-laki?" Rasulullah menjawab: "Ibu laki-laki itu."
(Hadis Riwayat Imam Hakim, dalam kitab Al Mustadrak jilid 4 halaman 150).

"Setiap istri yang meninggal dunia dan diridhai oleh suaminya, maka ia masuk surga." (HR At-Tirmidzi)

Rasulullah dalam hadist, “Apabila wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, niscaya dikatakan untuknya, masuklah surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." (HR Ahmad & Thabrani).

ORANG TUA ADALAH TIKET SURGA BAGI SUAMI

َوَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ )
أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ

“Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (Hadits Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim)

Sesuai dengan hadist Rasulullah SAW yang ditulis di atas, bahwa bagi seorang laki-laki, orang tuanya adalah lebih utama. Termasuk dibandingkan dengan istri dan anak-anaknya. Hal inipun bisa kita lihat dari kisah tiga orang yang terperangkap di dalam gua.

Di sini hanya akan sedikit “mengutip” cerita tentang orang pertama yang ada hubungannya dg hadist tersebut.
Suatu hari, ada tiga orang yang sedang dalam perjalanan, karena kemalaman merekapun memutuskan untuk berlindung di dalam gua. Setelah mereka ada di dalam gua, kemudian pintu gua tertutup oleh sebuah batu besar dan mereka walaupun dengan sekuat tenaga, tak bisa memindahkannya.

Kemudia salah seorang dari mereka berkata “"Sungguh, tiada satupun yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini. Kecuali jika kita berdoa kepada Allah dengan menyebutkan AMAL SHOLIH yang pernah kita lakukan."

Kemudian orang pertama berdoa “Ya Allah, sesuangguhnya aku tidak pernah memberi minum susu siapapun termasuk anakku yang balita sebelum aku memberi minum susu orang tuaku. Suatu hari ketika aku pulang ke rumah, aku mau memberikan susu untuk orang tuaku, tetapi ternyata mereka sudah tidur dan aku tidak mau membangunkan mereka. Sungguh, aku menunggu mereka bangun sampai terbit fajar sambil membawa susu walaupun anakku menangis merengek-rengek minta susu di bawah kakiku. Sungguh jika aku melakukan ini karena mengharap ridhomu, maka bukakanlah pintu gua tersebut.” Kemudian pintu gua tersebut terbuka sepertiganya.

Dari kisah ini kita belajar, bahwa mendahulukan segala urusan orang tua bagi seorang laki-laki adalah yang utama. Karena ridho Allah bagi seorang laki-laki ada pada ridho orang tuanya.

Maka bila seorang laki-laki mempunyai istri yang senantiasa mendorong dan memotivasi suaminya untuk selalu berbuat baik pada orang tuanya, lebih mendahulukan mereka dari pada dirinya dan anak-anaknya, maka sungguh wanita seperti inilah yang bisa menjadi TANGGA bagi suaminya untuk masuk ke surga, dan otomatis isterinya akan MENGIKUTI suaminya ke SURGA karena keridloan suaminya sesuai hadits di atas.

Dan sebaliknya, seorang istri yang senantiasa selalu berusaha memicu permusuhan antara suami dan orang tuanya, maka dialah seburuk-buruk istri. Suami dan isterinya akan masuk neraka, kecuali meminta maaf dan memohon ampun kepada Allah ta'ala, dan mendapat ampunan-Nya.

SUAMI HARUS MENGAJAK ISTERINYA BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUANYA

Suami yang taat kepada Allah, dia akan mendorong dan mendukung isterinya berbakti kepada kedua orang tuanya.
Sehingga bila isteri akan membantu kedua orang tuanya harus seijin suaminya.
Sesuai firman Allah ta'ala :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, (terutama kepada ibunya), karena ibunyalah yang mengandungnya dengan berbagai susah payah, dan menyapihnya dalam (umur) dua tahun. Oleh karena itu hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai manusia) dan juga kepada Kedua orang tuamu.” ( QS. Luqman 14 )

Wallahu a'lam bishshawab

"Allah memberikan HIKMAH kepada sesiapa yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang diberi HIKMAH, sungguh telah diberi KEBAIKAN yang BANYAK." (QS 2:269)

Suatu hari di surga..

Seorang bayi sedang bermain dengan para malaikat dan bidadari..

Dan kemudian Tuhan memanggilnya, Wahai bayi kecil kemarilah Aku ingin bicara dengan mu..

Lalu Tuhan memberitau kepada bayi itu bahwa dia akan di lahirkan ke dunia, Tapi bayi itu brtanya..

"Tuhan aku takut di dunia kesepian, Aku tak punya teman, Siapa yg menemaniku disana"
Tuhan menjawab "di bumi ada malaikat yg akan menemanimu"
"Jika aku ingin mendengar nyanyian merdu dr bidadari bagaimana Tuhan?"
"Di bumi juga ada bidadari yang akan merangkul dan menyanyikanmu, suaranya lebih merdu di banding
bidadari di surga"

"tapi di dunia ada org jahat siapa yg melindungiku?"
"malaikatmu akan melindungi walaupun harus mengorbankan jiwanya"

"lantas jika aku rindu dengan mu bagaimana?"
"malaikatmu akan mengajarkanmu cara berdoa dan berbicara padaku"

"tapi Tuhan jika aku memang harus turun ke bumi, Siapa nama malaikat itu?"
"dia adalah malaikat paling tinggi derajatnya di antara malaikat lainya, dan kamu bisa memanggilnya IBU.."

"Ingat kah kamu, saat kamu sakit, Ibumu rela begadang agar kau tetap terlelap tidur?

Ingat kah kamu? Saat kamu kedinginan dia memberikan selimutnya untukmu dan membiarkan badanya
menggigil agar kamu tidak menangis,dan tau kah kamu.. Di balik kemarahanya padamu, Tertoreh ratusan
luka yg menyayat hatinya, membuat dia sedih, karena harus memarahimu"

Tapi ketika kita remaja..
Kamu lebih memilih temanmu dari pada ibumu..
Ketika ibumu sakit kamu hanya tidur pulas dikamar..

Ketika dia sedang menangis kamu pergi darinya..
Ketika dia menasihatimu.. Kamu membalasnya dengan cacimaki..

Tapi,
Saat dia tiada, Kamu akan menyadari, Betapa cintanya padamu melebihi kecintaan dia pada siapapun..
Sayangi lah ibumu.. Sebelum dia tiada..

Karena jika dia tiada, Kau hanya bisa melihat kamar kosong dan baju nya yg tersimpan rapi di lemari..
Hanya potret dan kenangan lah yang ada, Tak ada lagi pelukan hangat, Tak ada lagi teguran,Yang ada hanya
penyesalan..

Kisah Wafatnya AlQomah r.a. ~ Ridho Seorang Ibu

Dikisahkan, pd zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada seorang 
pemuda bernama ‘Alqamah. Ia seorang yg hampir menghabiskan waktunya ntk beribadah kpd Allah Ta’ala, mengerjakan sholat, shiam, & bersedekah. Suatu hari ia sakit & semakin hari semakin parah.

Istrinya pun menyuruh seseorang menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ntk menyampaikan ;

“Suamiku, Alqamah sdg sekarat. Dgn ini aku bermaksud mengabarkan keadaannya kepadamu, wahai Rasulallah.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu mengutus ‘Ammar, Shuhaib & Bilal. Beliau bersabda ;

”Berangkatlah kalian, & talqinkanlah ia dgn kalimat syahadat.”

Mereka bertiga pun berangkat & lgsg memasuki rumahnya. Mereka mendapati ‘Alqamah sdg sekarat sehingga dgn segera mereka mentalqinnya dgn ucapan ;

‘Laa ilaaha illalLah’

Namun lidah ‘Alqamah kelu, tak mampu mengucapkan kalimat syahadat.

Ketiga lalu menyuruh seseorang menemui Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa ‘Alqamah tdk mampu mengucapkan kalimat syahadat.

Nabi bertanya ;

“Adakah salah seorang ibu-bapaknya yg masih hidup?”

seseorang menjawab ;

“Wahai Rasulullah seseorang ibu yg sudah sangat renta.”

Mk beliaupun mengutus seseorang & berpesan ;

“Katakan kepadanya jk ia kuat berjalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggilnya. Namun jk tdk hendaknya ia tetap tinggal dirumah, Rasulullah akan menemuinya.”

Utusan itu smp kepadanya & menyampaikan pesan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu Wanita itu berucap ;

“Jiwaku siap menjadi tebusan jiwanya. Aku lebih pantas mendatangi beliau.”

Mk wanita itupun berdiri dgn bertelekan tongkat & berjalan menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berucap salam & Rasul pun menjawabnya. Lalu Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam bertanya ;

“Wahai Ummu ‘Alqamah, jujurlah kepadaku. Kalaupun kamu berdusta akan turun wahyu dari Allah Ta’ala. Bagaimana keadaan anakmu ‘Alqamah..?”

Ia menjawab ;

“Wahai Rasulullah, ia rajin menunaikan shalat, shiyam & banyak bersedekah.”

Rasulullah bertanya lagi ;

”Lalu bagaimana dgn dirimu..?”.

Wanita itu menjawab ;

”Wahai Rasulullah aku murka dengannya.”

“Mengapa..?” tanya beliau.

“Krn ia lebih mengutamakan istrinya dari pada diriku & ia tdk mau taat kepadaku.” jwb Ummu ‘Alqamah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ;

“Sesungguhnya murka Ummu ‘Alqamah menghalangi lisannya ntk mengucapkan syahadat.”

Beliau pun menyuruh Bilal yg saat itu jg ikut dgn ummu alqamah menghadap Rasul ;

“Bilal, pergi & bawakan untukku kayu bakar yg banyak..”

Wanita itu bertanya ;

“Apa yg akan Anda lakukan, Wahai Rasulullah..?”

Beliau menjawab ;

“Aku hendak membakarnya dihadapanmu..”

Wanita itu menimpali ;

“Wahai Rasulullah, ia adalah anaku. Hatiku tdk akan kuat menyaksikannya dibakar dihadapanku...”

“Wahai Ummu ‘Alqamah, adzab Allah lebih dahsyat lagi kekal. Jk kamu senang terhadap ampunan Allah baginya, ridhailah dia. Demi yg jiwaku ada di tangan-Nya, shalat, shiyam, & sedekahnya tdk mendatangkan manfaat baginya selama kamu murka.”, sabda nabi.

Wanita itu terdiam., lalu berkata ;

“Wahai Rasulullah, aku bersaksi di hadapan Allah, para malaikat, & siapa saja yg hadir disini dari kaum muslimin bahwa aku telah ridha kpd anakku, ’Alqamah...”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ;

“Bilal, berangkat & lihatlah apakah ‘Alqamah sudah dapat mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ atau belum. Bisa saja Ummu ‘Alqamah tadi mengatakan yg bukan dari lubuk hatinya karena malu kepadaku.”

Bilal pun berangkat & melihat kondisi ‘Alqamah. Ia lalu berkata ;

”Wahai sekalian orang, Sungguh murka Ummu ‘Alqamah menghalangi lidahnya dari syahadat, & #Ridhanya telah melepaskan kekeluan lidahnya.”

Pd hari itu jg ‘Alqamah meninggal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hadir, lalu memerintahkan ntk memandikan & mengkafaninya. & beliau menshalatkan & menghadiri prosesi penguburannya. Beliau berdiri di ujung kuburnya bersabda ;

“Wahai sekalian Muhajirin & Anshar, barangsiapa mengedepankan istrinya dari pada ibunya niscaya akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, & manusia semuanya. Allah tdk akan menerima infaqnya jg sikap adilnya sehingga ia bertaubat kpd Allah Subhanahu wa Ta’ala & berbuat baik kepada-Nya serta memohonkan keridoan-Nya. Keridloan Allah terletak pada keridhoannya, kemurkaan Allah terletak pd kemurkaannya.”

**

Semoga Allah membimbing kita untuk menggapai #keridhaan-Nya & menjauhkan kita dari sikap #Durhaka kpd orang tua.. Aamiin..

Sesungguhnya Dia Maha Pemurah, Maha Mulia, Maha Penyayang, lagi Maha Pengasih..

Berapa lama kita di alam kubur ?



Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. 

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya. 

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915 : 20- 01-1965 " 

"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya... 

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya. 

"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... " 

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910" 

"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?" 

Ayahnya tersenyum, "Lalu?" 
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya. 

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek. 

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata... 

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun? 
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? 
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan? 

Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya 

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. 

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya... 

"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."

Cara membuang ilmu dan khodam

Assalamu’alaikum.wr.wb. 
Pada saat remaja saya saya tinggal di kota terbesar di salah satu ibu kota propinsi di Indonesia, untuk eksis di kota itu, saya berpendapat orang hanya bisa sukses dengan 2 cara saja , yaitu memiliki otak atau otot (saya memilih keduanya). Untuk otak, saya telah memperoleh gelar kesarjanaan S1 di salah satu universitas bergengsi di kota tersebut.
Sedangkan untuk ototnya saya gemar sekali berguru ilmu-ilmu kesaktian. Sudah banyak pimpinan pesantren, pendekar atau para normal yang saya datangi. Tidak tanggung-tanggung saya belajar kepada mereka sampai dengan tuntas pada tataran ilmu-ilmu tingkat tinggi dan langka. 
Prinsip saya pada saat itu adalah,”belajar ilmu itu harus nyata/wujud, misalnya saya kebal ketika dibacok orang (saya menguasai ilmu aji pancasona, rawa rontek, bata karang dan berbagai versi dengan bacaan/wiridan Islam lainnya). Pada saat dikejar massa, saya tidak terlihat oleh lawan (halimunan), menghadapi lawan yang jumlah puluhan orang cukup dengan sendiri saja (tenaga dalam hasil olahan wiridan atau nafas/bio energi saya sudah mencapai tingkat paling tinggi).
Bahkan ketika ayah saya meninggal dunia karena disantet orang, saya mempelajari fenomena itu. Untuk perbandingan, saya sampai belajar ke dukun-dukun ilmu hitam. Untuk mencapai kesempurnaan ilmu-ilmu itu seringkali saya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah Islam seperti meminum darah binatang, memasang susuk, belum lagi berpuasa dengan macam-macam model dan variasinya.
Selama perjalanan tersebut, hati saya tidak pernah tenang dan tentram, saya telah dikuasai nafsu dan khodam ilmu-ilmu itu. Alhamdulilah, Allah SWT memberi petunjuk kepada saya, melalui jalan tasawuf dengan seorang mursyid. Saya bertobat dan menyesali perjalanan hidup saya dahulu. Namun seringkali ada pertanyaan yang muncul dan mengganjal dalam batin saya, apakah khadam dari ilmu-ilmu tersebut sudah punah/hilang dalam diri saya?
Barangkali pak ustadz dapat membantu memberikan jawabannya? terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jawab
Khadam itu belum hilang, dan sebagian masih ikut anda. Khususnya ketika anda dalam kondisi stress dan kepepet. Selain tataran tasawuf dan adabnya yang harus anda lakoni, anda usahakan secara khusus membuang jauh-jauh. Coba, anda kembalikan khadam itu ke habitatnya, yaitu di laut agar tidak kembali lagi.
Tata caranya: Anda membaca surat Al-Fatihah Lillahi Ta’ala 41 x, lalu menyelam sekujur tubuh di pantai (tahan nafas) sambil membaca istighfar sekuat-kuatnya dan sebanyak-banyaknya. Jika nafas habis, ambil nafas dan menyelam untuk kedua kali, seperti semua, namun membaca Ya Hayyu Yaa Qoyyum, sebanyak-banyaknya dalam air laut. Jika nafas habis, ambil nafas kembali, menyelam ketiga kali, yang dibaca Astaghfirullahal ‘adzim, seperti yang pertama. Nanti menyelam keempat ganti Yaa Hayyu Yaa Qoyyum. Lakukan berulang kali, sampai bosan. Coba tata cara ini anda lakukan setiap seminggu sekali selama 7 kali. Tinggalkan semua ilmu hikmah anda!
sufinews

---------

kalau bisa dibarengi dengan mengamalkan ini dengan niatan untuk membersihkan diri lahir maupun batin,
- diawali membaca fatihah 3/7 kali untuk Rasulullah SAW
- dibaca pelan-pelan dengan diiringi rasa cinta dan hormat kepada Rasulullah SAW, tanpa hitungan selama 30 menit sekali duduk kemudian diakhir dengan membaca fatihah 1x
- diamalkan setiap hari

.....

“Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang

Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, “Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain.”
Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, “Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, “Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.”
“Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil.”
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak.”
Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas.
Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.”
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi “pedagang emas”.
“Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.”

sumber:

Beda (contoh) dari orang tua, beda (hasil) pada anak


Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, akan berbeda dengan seorang anak yang melihat kebiasaan orangtuanya berkata-kata kasar dan kotor.


Seorang anak yang diutus orangtuanya untuk memberi sedekah kepada orang-orang miskin dirumah-rumah berbeda dengan seorang anak yang disuruh orangtuanya membeli rokok dan barang-barang memabukkan. 

Seorang anak melihat ayahnya berpuasa senin kamis dan melaksanakan shalat jumat dan jama’ah tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di kafe, diskotik, dan bioskop.

Kita bisa membedakan antara seorang anak yang sering mendengar adzan dengan seorang anak yang sering mendengar ayahnya bernyanyi. Anak-anak itu pasti akan meniru apa yang sering mereka dengar.

Bila seorang ayah selalu berbuat baik kepada orangtuanya, mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, selalu berusaha tahu kabar mereka, menenangkan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, memperbanyak berdoa, “rabbighfirli wa li wali dayya..”, berziarah ke kuburan mereka bila telah meninggal, dan bersedekah untuk mereka, serta tetap menyambung hubungan dengan teman-teman mereka dan member hadiah dengan orang-orang yang biasa diberi hadiah oleh mereka dahulu. Maka anak yang melihat akhlak ayahnya seperti ini dengan seizin Allah Subhanahu Wata’ala akan menontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk orangtuanya.

Seorang anak yang diajari shalat dan agama, tidak sama dengan anak yang dibiasakan nonton film, musik, sepak bola atau gemerlapnya dunia.

Seorang anak yang melihat ayahnya shalat di malam hari, menangis karena takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala, membaca al-Qur’an, pasti akan berfikir, “Mengapa ayah menangis, mengapa ayah shalat, untuk apa ayah tidur meninggalkan ranjangnya yang enak lalu berwudhu dengan air dingin di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan dan diliputi kecemasan?”
Semua pertanyaan ini akan berputar dibenaknya dan akan selalu hadir dalam pikirannya. Selanjutnya dia akan mencontoh apa yang dilakukan ayahnya.

Demikian juga dengan seorang anak perempuan yang melihat ibunya berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya, menutup aurat di hadapan mereka, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri. Dia akan mempelajari dari ibunya akhlak tersebut.

Beda dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat ibunya bersolek di depan para lelaki bukan mahram, bersalaman, berikhtilat, duduk bersama mereka, tertawa, tersenyum, bahkan berdansa dengan lelaki bukan mahram. Dia akan mempelajari semua itu dari ibunya.

Sehingga dari itu semua, cara yang paling tepat untuk meluruskan anak-anak harus dimulai dengan melakukan perubahan sikap dan perilaku dari kedua orangtua. Kita harus menanamkan komitmen dan berpegang teguh terhadap syariat Allah Subhanahu Wata’ala pada diri kita dan anak-anak. Serta kita harus senantiasa berbuat baik kepada orangtua kita serta menjauhi sikap durhaka kepadanya, agar anak-anak kita nantinya menjadi anak yang berbakti, selamat dari dosa durhaka kepada kedua orangtua dan murka Allah Subhanahu Wata’ala. Karena anak-anak saat ini adalah orangtua di mana yang akan datang dan suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama ketika menginjak masa tua.

Selanjutnya, hal yang tidak boleh kita lupakan adalah senantiasa berdoa, mengharap pertolongan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam mendidik anak-anak kita, janganlah kita sombong terhadap kemampuan yang kita miliki. Karena hidayah itu berada di tangan Allah dan hanya Allah Subhanahu Wata’alalah yang membolak balikkan hati hamba-hambaNya.*
Keshalihan dan amal baik orangtua memiliki dampak yang besar bagi keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orangtua akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pengaruh-pengaruh tersebut diatas datang dengan berbagai bentuk. Diantaranya berupa keberkahan amal-amal shalih dan pahala yang Allah Subhanahu Wata’ala sediakan untuknya. Atau sebaliknya berupa kesialan amal-amal jelek dan kemurkaan Allah Subhanahu Wata’ala serta akibat jelek akan diterimanya.
Jika orangtua shalih dan gemar melaksanakan amalan baik maka akan mendapatkan ganjaran dan pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran tersebut dapat berupa penjagaan, rizki yang luas, dan pembelaan dari murka Allah Subhanahu Wata’ala. Adapun amal jelek orangtua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memperbanyak amal shaleh karena pengaruhnya akan terlihat pada anak. Bukti pengaruh ini dapat dilihat dari kisah nabi Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa meminta upah, sehingga Musa menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil upah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman memberitakan perkataan nabi Khidhir,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS. Al Kahfi: 82)
Dalam menafsirkan firman Allah Subhanahu Wata’ala, “dan kedua orangtuanya adalah orang shalih” Ibnu Katsir berkata: “Ayat diatas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan doa orang tuanya untuk anak-anaknya maka anak-anaknya terangkat derajatnya di akhirat agar kedua orangtuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan as sunnah.”
Allah Subhanahu Wata’ala telah memerintahkan kepada kedua orangtua yang khawatir terhadap masa depan anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan berbagai macam amal ketaatan lainnya. Sehingga dengan amalan-amalan itu, Allah Subhanahu Wata’ala akan menjaga anak cucunya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٩)
“Dan hendaklah takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An Nisa: 9)
Dari said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Allah Subhanahu Wata’ala mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS: Ath Thuur : 21)

Semoga kita bisa menjadi teladan yang baik,dengan perhiasan akhlak yang baik dan tabiat yang mulia, bagi anak-anak kita.

Amin