PERUMPAMAAN DZIKIR YANG BERSANAD DAN DZIKIR YANG TAK BERSANAD

dzikir itu ku  umpamakan menjalankan amaliyah,  akan ku contohkan, agar mudah di pahami, orang menjalankan amaliyah itu seperti orang menjalankan sanyo/pompa air, sanyo di nyalakan maka harus memenuhi syaratnya agar sanyo itu bisa mengeluarkan air dari pancuran, jika syaratnya kurang, misal tak ada listrik, maka sanyo tak nyala,  atau jika ada listrik tapi sanyo tak ada paralon yang menghubungkan  sanyo ke sumur, maka sanyo di nyalakan selama 1000 tahun juga tak akan keluar airnya, jadi sanyo jika di nyalakan dan ingin keluar airnya, itu harus ada listrik, harus ada paralon yang sabung menyambung, yang tidak bocor, yang menyambung ke dalam sumur, makin dekat sanyo dengan sumur, makin besar air tersedot, jika sanyo jauh dari sumur, maka selain airnya itu keluar sedikit-sedikit, juga  harus di pancing dulu kaau mau menyalakan. lihat paralon sanyo, dia itu jangan sampai berlubang, apalagi putus sambungan di tengah jalan, antara sambungan satu dengan sambungan yang lain itu harus rapat dan erat.


nah sudah paham dengan sanyo? sekarang kita umpamakan, sanyo itu kita yang menjalankan amaliyah, jika di colokkan ke listrik maka kita menjalankan amaliyah, artinya kita menjalankan, sebagaimana sanyo yang di nyalakan. sambungan paralon itu umpama gurukita, guru kita mempunyai guru, gurunya guru kita juga mempunyai guru, begitu seterusnya sambung menyambung, guru ke kakek guru, kakek guru ke kakeknya lagi terus  sambung menyambung sebagaimana paralon yang di sambung dengan lem perekat, di sambung dengan sumpah BAIAT, sumpah kesetiaan,  dunia akherat, karena sambung menyambungnya yang erat itu untuk menjaga air yang akan melewati dalam paralon, agar air itu tetap terjaga kemurniannya, walau paralon sanyo itu di timpuk kotoran manusia maka tak akan mempengaruhi rasa air yang melewati di dalam paralon, air tetap saja murni dan suci, terjaga selalu. sampai ke sanyo , yaitu kita, jadi para guru itu menjaga muru'ah, menjaga makanan, ucapan, bahkan menjaga diri dari dosa kecil maupun besar,  ntuk menjaga agar air  ilmu yang melewatinya tetap suci, dan bening,  paralon itu menyambung terus sampai ke sumur, sumurnya yaitu rosulullah SAW, sumber segala ilmu, ilmu dan fadzilahnya adalah air ,  air yang terjaga, yang suci dan bisa mensucikan, nah ilmu atau manfaat fahilah  air itu bisa di rasakan jika air itu bersih dan bening,  mau air di pakai kuah bakso, boleh, mau di pakai bikin kopi juga enak, mau di pakai mandi juga bersih, mau di pakai apa saja jugaenak, dan bermanfaat.


jadi dzikir atau amaliyah yang di ambil dengan sembarangan itu seperti air yang di ambil sembarangan. ada air kencing, air comberan, air limbah, air kali, air laut dll.jadi jika dzikir itu ku umpamakan air, semua air di dunia itu sama, air kencing, air  sumur, air sungai, air laut, air limbah itu sama, tapi coba bikin kopi dari air kencing, apa enak? coba bikin kuah bakso dari air limbah, apa enak? coba bikin  kolak dari air comberan apa enak?artinya kita kok dzikir sembarangan, asal dapat dzikir lalu di amalkan,  a seperti orang yang minum air kencing , atau air limbah, atau air comberan,  ya kalau gak keracunan lalu mati , kalau langusng mati mendingan terus gak mati-mati, lumpuh, kejet2 seumur hidup apa itu gak menyusahkan banyak orang, ya kalau dzikir sembarangan itu langsung mati, kan lebih enakan seperti itu, dari pada lumpuh atau gila jadi menyusahkan banyak orang. ngamuk2 bawa golok, setiap orang mau di bunuh, karena dirinya di kuasai jin, apa ndak membuat semua orang repot?


orang itu kadang tak berpikir panjang,  soal dzikir di anggap sepele, padahal dzikir itu makanan ruhani, makanan ruh kita, kalau ruhani kita di beri amkan makanan yang tak sehat, apa tak sakit nantinya, maka berhati-hatilah dengan amaliyah sembarangan, sebab kalau jadi hilang akal, gila, di kuasai jin,  apalagi belum nikah,  lelaki gila itu tak ada perempuan waras mau menikah dengannya. artinya gak laku, di jual murah gak laku, sama perempuan gila itu juga tak  ada lelaki waras  mau menikah dengannya.