Mulut kita itu harimau kita

Mulut kita itu harimau kita, kata guru sekolahku dulu, jika kita tdk bisa menjaga harimau itu tetap dalam kerangkeng, atau tetap hidup di rimba belantara, maka harimau itu akan memakan kita, kita akan di maka oleh pembicaraan kita.
pena kita itu pedang kita, jika pedang itu di tarik dari sarungnya, dan kita tak bisa memakainya dengan benar, kita akan terluka oleh tulisan kita sendiri, tebasan pedang kita sendiri.
jika pedang kita menebas dan melukai orang lain, itu bukan menunjukkan kita hebat, tapi tandanya kita tidak bisa menggunakan pedang dengan semestinya, seperti kita punya mobil setiap jalan kok nabrak orang, itu berarti kita belum bisa menyopir dengan benar,

siapapun kita, jika tdk bisa memakai anggota tubuh kita dengan benar, setidaknya janganlah melukai orang lain. sebaiknya sebelum melukai orang lain di coba dulu melukai diri sendiri, sebelum menggorok leher orang lain, coba tes dulu menggorok leher sendiri.
jika enak maka berbagi menggorok leher orang lain,

berbudi pekerti baik dan mulia itu tdk harus pintar dan sekolah tinggi, cukup JANGAN LAKUKAN PADA ORANG LAIN, APA YANG KAMU TAK SUKA JIKA ITU MENIMPAMU. karena yg di rasakan orang lain itu sama dengan apa yang kamu rasakan, jika kamu di gorok lehernya sakit, maka bgt juga orang lain, jika mau melkaukan kepada orang lain, lakukan dulu pada diri sendiri. jika kamu mau meludahi orang lain, coba tes dulu orang lain kamu minta meludahimu.

sebelum ngemplang pakai ulekan ke kepala orang lain, coba berikan ulekan ke orang lain, dan minta kemplangkan ke kepalamu

Guru mursyid itu ibarat pengemudi...

Guru mursyid itu ibarat pengemudi......
kita2 sang para penumpang, yang tidak tahu jalan, yang hanya sekedar tahu nama "kota" tujuan
bernama MAKRIFAT , tanpa mengetahui "apa dan bagaimana" kota MAKRIFAT tersebut, 
tentu seharusnya nurut sama sang pengemudi, mau lurus, belok kiri, belok kanan ....
sebab sang pengemudi telah mengetahui jalannya untuk tiba disana
dan sang pengemudi tahu lubang-lubang jalan
baik yang tampak mata maupun yang tersamarkan
karena beliau telah "sampai" ke sana .....
Murid yang merasa bisa sampai kesana tanpa guru
akan tertipu daya oleh jebakan-jebakan yang dibuat oleh NAFSU dan SYETANyang ada di sepanjang perjalanannya baik samar maupun nyata
sehingga dia merasa telah benar jalannya
padahal melenceng sedikit saja arahnya akan jauh tersesat jalannya
ujung-ujungnya akan kecewa .....

Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku

Penanya : Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku.
Syaikh : Ulangi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syaikh : Ulangi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku ...
Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu !
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku ...
Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu !!!
Penanya : Wahai syaikh tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong ...
Syaikh : Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu.
Penanya : Iya syaikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya.
-aboo moaadz-
Pelajaran : Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu.
Ingatlah bahwa suatu saat insya Allah , kita semua juga akan mempunyai anak dan menantu

Doa keluarga

Ya Allah .....
Ampunilah pula dosa-dosa kami, 
kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, sanak famili kami, 
dosa-dosa semua ahli kubur yang punya hak atas diri kami
dan kami punya hak atas diri mereka, bangkitkanlah mereka dan kami kelak di hari kiamat,
dalam ridhoMu dan dalam naungan syafaat nabiMu Muhammad SAWdan peliharalah kami semua ya Rabbi dari perbuatan dosa
baik dosa besar maupun dosa kecil baik yang kami sadari ,
maupun yang tidak kami sadari , 
disisa usia yang telah Engkau anugerahkan kepada kami

Jadikanlah kami, kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, sanak famili kami,                                     dan anak turun kami beserta seluruh cabang-cabangnya ila yaumil qiyamah
menjadi hamba yang baik bagiMu
menjadi umat yang baik bagi nabiMu
menjadi murid yang baik bagi para guru mursyid kami
menjadi anak yang baik bagi para orang tua kami
menjadi orang tua yang baik bagi anak cucu kami
serta menjadi pribadi yang baik bagi sesama kami

Anugerahkanlah kepada kami dan semua anak turun kami
- iman yang kuat, 

- tauhid yang sempurna,
- hati yang bersih dari segala penyakit hati yang bisa menghalangi kami menuju ridhoMu
- pikiran yang jernih serta ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat kami
- ahlak yang mulia sebagaimana yang telah ditauladankan oleh  nabiMu Muhammad SAW
- rizki yang halal, mudah, luas dan barokah
- kesehatan dan kekuatan dalam jasmani kami
- keselamatan dari segala kejahatan dan keburukan , lahir dan batin,
baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui
- kehidupan yang baik dengan selalu berbuat kebaikan
dengan hidayah dan inayahMu, sesuai syariatMu yang telah Engkau
turunkan melalui nabiMu Muhammad SAW

Panjangkanlah dan berkahilah usia kami dan semua anak turun kami
dalam ketaatan kepadaMu dan kepada nabiMu 

Anugerahkanlah dan tetapkanlah bagi kami dan anak turun kami
khusnul khotimah, kembali kepadaMu dalam ridhoMu
dan dalam naungan syafaat nabiMu Muhammad SAW
Amin Ya Rabbal Alamin

Beristighfar karena ucapan Al-Hamdulillah

Konon Sirri al-Saqathi, salah seorang kaum Sufi, pernah berkata, ”Sudah tiga puluh tahun aku beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-hamdulillah yang keluar dari mulutku” Tentu saja banyak orang menjadi bingung dengan pernyataannya itu lalu bertanya kepadanya, ”Bagaimana itu bisa terjadi?”
Sirri berkata, ”Saat itu aku memiliki toko di Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap api, padahal tokoku berada di pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana untuk memastikan apakah tokoku juga terbakar ataukah tidak? Seseorang lalu memberitahuku, ”Api tidak sampai menjalar ketokomu” Aku pun mengucapkan, ”Alhamdulillah!” Setelah itu terpikir olehku, ”Apakah hanya engkau saja yang berada di dunia ini? Walaupun tokomu tidak terbakar, bukankah toko-toko orang lain banyak yang terbakar. Ucapanmu : alhamdulilah menunjukkan bahwa engkau bersyukur bahwa api tidak membakar tokomu. Dengan demikian, engkau telah rela toko-toko orang lain terbakar asalkan tokomu tidak terbakar! Lalu aku pun berkata kepada diriku sendiri lagi, ”Tidak adakah barang sedikit perasaan sedih atas musibah yang menimpa banyak orang di hatimu, wahai Sirri?” (Di sini Sirri menyitir hadis Nabi, ”Barangsiapa melewatkan waktu paginya tanpa memerhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari mereka (kaum muslimin)”). Sudah 30 tahun saya beristighfar atas ucapan alhamdulillah itu.
Kisah tentang Sirri al-Saqathi ini merupakan sebuah contoh bentuk cinta diri negatif yang bisa kita katakan sebagai sifat mementingkan diri sendiri. Cinta diri seperti ini menutup pintu bagi segala bentuk perhatian yang sungguh-sungguh pada orang lain. Orang yang mementingkan diri sendiri hanya tertarik pada diri sendiri, dia menghendaki segala-galanya bagi dirinya sendiri, tidak merasakan kegembiraan dalam hal memberi dan hanya senang jika menerima. Dunia luar hanya dipandang dari segi apa yang dapat dia peroleh. Dia tidak berminat untuk memerhatikan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan tidak menghargai kodrat serta integritas mereka. Orang macam ini tidak bisa melihat apa-apa selain dirinya sendiri. Dia menilai setiap orang atau lainnya hanya semata dari sisi manfaat buat dirinya. Pada dasarnya orang macam ini tidak punya kemampuan untuk mencintai.
Cinta diri dalam bentuk ini bukanlah sesuatu yang sesungguhnya maujud. Cinta semacam ini sesungguhnya hanyalah suatu bentuk kegandrungan seseorang pada dirinya sendiri. Karena itu cinta diri seperti ini harus disingkirkan. Sebaliknya cinta diri yang merupakan fithrah yang ada pada diri manusia seperti keinginan untuk memuliakan diri, mensucikan diri dan hal-hal semacam itu tentu saja tidak boleh diabaikan atau pun dibuang. Perbaikan dan penyempurnaan diri (nafs) manusia justru merupakan kemestian dan keharusan bagi manusia untuk mewujudkannya.

Menyisihkan uang belanja setiap bulan untuk panti asuhan

Menyisihkan uang ke panti asuhan yatim piatu walaupun misalnya 5ribu/10ribu/20ribu dst setiap bulan adalah alternatif yang bisa kita ambil untuk turut mengasuh mereka secara tidak langsung, kalau belum mampu mengasuhnya secara langsung.....

Kenapa lebih baik melalui panti asuhan? Karena melalui panti asuhan, ada pendidikan dan pembinaan yang mereka berikan kepada anak-anak yatim piatu yang diasuhnya, bukan sekedar memberikan uang saja kepada para anak yatim piatu yang bisa jadi mereka ( para anak yatim piatu ) manfaatkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan negatif bagi mereka sendiri.
"Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari)

Tiga tingkatan cinta kepada Tuhan

Abu Nashr al-Tusi, dalam kitab Al-Luma` membagi al-mahabbah atau cinta menjadi 3 (tiga) tingkatan
1. Cinta orang kebanyakan ( umum.), yakni mereka yang sudah kenal pada Tuhan dengan zikr, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.
2. Cinta para mutahaqqiqin, yaitu mereka yang sudah kenal pada Tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan lain sebagainya. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dengan Tuhan. Dengan demikian ia dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta yang kedua ini membuat orangnya sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedangkan hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya.
3. Cinta para siddiqin dan ’arifin, yaitu mereka yang kenal betul pada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai .
Definisi cinta dari uraian di atas adalah menurut para ulama’ salaf. Dan cinta yang dimaksud di atas adalah cinta kepada Allah.

PERUMPAMAAN DZIKIR YANG BERSANAD DAN DZIKIR YANG TAK BERSANAD

dzikir itu ku  umpamakan menjalankan amaliyah,  akan ku contohkan, agar mudah di pahami, orang menjalankan amaliyah itu seperti orang menjalankan sanyo/pompa air, sanyo di nyalakan maka harus memenuhi syaratnya agar sanyo itu bisa mengeluarkan air dari pancuran, jika syaratnya kurang, misal tak ada listrik, maka sanyo tak nyala,  atau jika ada listrik tapi sanyo tak ada paralon yang menghubungkan  sanyo ke sumur, maka sanyo di nyalakan selama 1000 tahun juga tak akan keluar airnya, jadi sanyo jika di nyalakan dan ingin keluar airnya, itu harus ada listrik, harus ada paralon yang sabung menyambung, yang tidak bocor, yang menyambung ke dalam sumur, makin dekat sanyo dengan sumur, makin besar air tersedot, jika sanyo jauh dari sumur, maka selain airnya itu keluar sedikit-sedikit, juga  harus di pancing dulu kaau mau menyalakan. lihat paralon sanyo, dia itu jangan sampai berlubang, apalagi putus sambungan di tengah jalan, antara sambungan satu dengan sambungan yang lain itu harus rapat dan erat.


nah sudah paham dengan sanyo? sekarang kita umpamakan, sanyo itu kita yang menjalankan amaliyah, jika di colokkan ke listrik maka kita menjalankan amaliyah, artinya kita menjalankan, sebagaimana sanyo yang di nyalakan. sambungan paralon itu umpama gurukita, guru kita mempunyai guru, gurunya guru kita juga mempunyai guru, begitu seterusnya sambung menyambung, guru ke kakek guru, kakek guru ke kakeknya lagi terus  sambung menyambung sebagaimana paralon yang di sambung dengan lem perekat, di sambung dengan sumpah BAIAT, sumpah kesetiaan,  dunia akherat, karena sambung menyambungnya yang erat itu untuk menjaga air yang akan melewati dalam paralon, agar air itu tetap terjaga kemurniannya, walau paralon sanyo itu di timpuk kotoran manusia maka tak akan mempengaruhi rasa air yang melewati di dalam paralon, air tetap saja murni dan suci, terjaga selalu. sampai ke sanyo , yaitu kita, jadi para guru itu menjaga muru'ah, menjaga makanan, ucapan, bahkan menjaga diri dari dosa kecil maupun besar,  ntuk menjaga agar air  ilmu yang melewatinya tetap suci, dan bening,  paralon itu menyambung terus sampai ke sumur, sumurnya yaitu rosulullah SAW, sumber segala ilmu, ilmu dan fadzilahnya adalah air ,  air yang terjaga, yang suci dan bisa mensucikan, nah ilmu atau manfaat fahilah  air itu bisa di rasakan jika air itu bersih dan bening,  mau air di pakai kuah bakso, boleh, mau di pakai bikin kopi juga enak, mau di pakai mandi juga bersih, mau di pakai apa saja jugaenak, dan bermanfaat.


jadi dzikir atau amaliyah yang di ambil dengan sembarangan itu seperti air yang di ambil sembarangan. ada air kencing, air comberan, air limbah, air kali, air laut dll.jadi jika dzikir itu ku umpamakan air, semua air di dunia itu sama, air kencing, air  sumur, air sungai, air laut, air limbah itu sama, tapi coba bikin kopi dari air kencing, apa enak? coba bikin kuah bakso dari air limbah, apa enak? coba bikin  kolak dari air comberan apa enak?artinya kita kok dzikir sembarangan, asal dapat dzikir lalu di amalkan,  a seperti orang yang minum air kencing , atau air limbah, atau air comberan,  ya kalau gak keracunan lalu mati , kalau langusng mati mendingan terus gak mati-mati, lumpuh, kejet2 seumur hidup apa itu gak menyusahkan banyak orang, ya kalau dzikir sembarangan itu langsung mati, kan lebih enakan seperti itu, dari pada lumpuh atau gila jadi menyusahkan banyak orang. ngamuk2 bawa golok, setiap orang mau di bunuh, karena dirinya di kuasai jin, apa ndak membuat semua orang repot?


orang itu kadang tak berpikir panjang,  soal dzikir di anggap sepele, padahal dzikir itu makanan ruhani, makanan ruh kita, kalau ruhani kita di beri amkan makanan yang tak sehat, apa tak sakit nantinya, maka berhati-hatilah dengan amaliyah sembarangan, sebab kalau jadi hilang akal, gila, di kuasai jin,  apalagi belum nikah,  lelaki gila itu tak ada perempuan waras mau menikah dengannya. artinya gak laku, di jual murah gak laku, sama perempuan gila itu juga tak  ada lelaki waras  mau menikah dengannya.